Prabu Kresna berkeinginan untuk menikahkan puterinya, Siti Sundari dengan Abimanyu, anak Arjuna. Hal itu dikarenakan, ia tahu bahwa Abimanyu mendapatkan wahyu raja yang akan menurunkan raja-raja di Tanah Jawa. Namun rencana perjodohan itu ditentang oleh Semar karena saat itu Arjuna sedang berpergian dan Kresna dianjurkan untuk menunggu Arjuna kembali terlebih dahulu.
Tapi nasihat Semar ditolak Kresna bahkan Semar dituduh menentang kebijaksanaan raja. Atas perintah Kresna, Abimanyu berani meludahi kuncung Semar.
Hal ini menimbulkan kekecewaan dan keprihatinan Semar, sehingga ia pergi dari istana. Perlakuan sewenang-wenang Prabu Dwarawati itu, menimbulkan kemarahan para dewa. Para dewa kemudian menimpakan bencana di Kerajaan Dwarawati baik kerusuhan, kebakaran bahkan banjir yang disertai angin besar menimpa istana, rakyat menjadi kacau balau, sehingga Prabu Kresna sampai mengungsikan diri dan mencari perlindungan ke Kerajaan Amarta.
Semua bencana yang terjadi di Kerajaan Dwarawati ini bisa redam setelah Prabu Kresna yang disertai para Pandawa menemui Semar dan meminta pengampunan. Semar yang saat itu sedang bersemedi dirasuki Sang Hyang Wenang sehingga tubuhnya memancarkan cahaya kekuning-kuningan menerima kedatangan para Pandawa dan Kresna.
Dengan kearifan, Semar mengampuni kesalahan Prabu Kresna, tetapi mengatakan bahwa perkawinan Abimanyu dengan Siti Sundari tidak akan membuahkan keturunan. Kembalilah kedamian dan ketentraman Dwarawati.