Jl. Letjen S Parman 35 Yogyakarta -  Telp : 0274- 373427 -  WhatsApp : 082137955032;081333911533 - Pin BBM : 5A21C2F7 -Email : hadisukirno@gmail.com

Artikel Terbaru
Artikel Populer
Kategori Artikel
Wayang Kulit Solo
Wayang Kulit Jogja
Wayang Golek
Wayang Klithik
Souvenir Kulit
Souvenir Kayu
Souvenir Keramik
Souvenir Logam
Souvenir Kain
Handicraft
Souvenir Custom
Souvenir Fiber
Accesories
Souvenir Gelas
Souvenir Anyaman
Gamelan
Alat Musik Tradisional
Pakaian Adat - Tari
Koleksi Hadisukirno
 
 

Batara Guru Jogja

Batara Guru adalah putra Sang Hyang Tunggal dengan istrinya yang bernama Dewi Wirandi putri jim. Putra Sang Hyang Tunggal itu terjadi dari sebuah telur, kemudian menjadi beberapa anak, yaitu Puguh kemudian hari menjadi Togog, Punggung menjadi Semar, Manan menjadi Narada dan Samba di kemudian hari dikenal menjadi Batara Guru. Tokoh ini disebut pula dengan Sang Hyang Jagatnata, Jagatpratingkah, Sang Hyang Manikmaya, Hidupati, Nilakanta, Pramesti, Caturboja, dan sebagainya. Batara Guru memiliki dua istri yaitu: Dewi Umayi berputra enam yaitu: Batara Sambo, Batara Brama, Batara Indra, Batara Bayu, Batara Wisnu dan Batara Kala Gumarang. Istri kedua bernama Dewi Umar atau Dewi Uma, berputra tiga, yaitu Batara Cakra, Batara Mahadewa dan Batara Asmara. Batara Guru termasuk dalam wayang morgan yang tergolong istimewa, dengan karakter luruh, posisi muka tumungkul dengan hiasan turida, jamang, sumping mangkara, uncit bermotif bludiran dengan kancing gelung gelapan utah-utah pendek dan memakai rembirg. Ia menggunakan praba sebagai simbol keagungannya. Sebagai raja dewa, badan satria alus dengan ulur-ulur naga mamangsa, sumpir motif bludiran dan tali praba motif biudiran, posisi kaki dengan pocong, motifnya klithik di lis sekar jeruk dengan sepasang uncal kencana. Tp duduk di Balai marcupunda yang bentuknya mirip dengan praba dan berdiri di atas lembu Andini yang berserempang kain dengan motif cinden. Batara Guru mengenakan teropah atau kenila (sandal) madukacerma, dengan manggran sebagai simbolnya dan menyandang keris. Tokoh ini bertangan empat dengan mengenakan kelarbahu naga pangangrang, gelang calumpringan dan memakai keroncong. Batara Guru ditampilkan brongsong. Ketika Batara Guru menjadi raja di Suralaya, membuat kedua saudaranya merasa isi dan memperebutkan kerajaan yang dibuat oleh Sang Hyang Tunggal, perkelahian memperebutkan negara itu membuat kerusakan negara sehingga membuat murkanya Sang Hyang Tunggal. Mengetahui itu Batara Guru menyingkir, setelah saudaranya dibuang ke arcapada, Batara Guru dikukuhkan menjadi raja dan diberi wewenang. Untuk berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya. Ia menyempurnakan negara dengan membangun istana Tinjomaya dan Indrapura. Ketika usia Batara Guru semakin dewasa ia meminta kepada Sang Hyang Tunggal agar diberinya teman hidup, setelah diam dan bertafakur, sekejab kemudian muncullah putri yang amat cantik bernama Dewi Umar.


Dibaca : 756 Kali
Tanggal Posting :
Pengirim :