Cempala adalah satu peralatan yang digunakan para dalang di hampir semua pertunjukan wayang, yang berfungsi untuk memukul-mukul kotak wayang. Alat itu kadang-kadang juga disebut tabuh keprak. Cempala dibuat dari kayu dengan bagian pegangan dan bagian pemukul yang bentuknya membulat. Kayu yang digunakan sebagai bahan untuk membuat cempala harus kuat dan cukup berat.
Biasanya menggunakan kayu nangka, sana walikukun atau galih asem. Selain dari kayu, pada zaman dulu ada dalang yang menggunakan cempala dari tanduk kerbau.
Dengan cempala ini, antara lain, dalang memberikan isyarat aba-aba kepada para penabuh gamelan. Biasanya seorang dalang Wayang Kulit Purwa membawa dua buah cempala, yaitu satu lebih besar daripada lainnya. Pada adegan-adegan yang bersifat klimaks dan menegangkan, ia menggunakan cempala yang besar.
Cempala juga diketukkan ke kotak wayang untuk memperoleh bunyi “dog..dog..dog..” bilamana dalang sedang melakukan antawecana. Kegunaan bunyi cempala lainnya, diantaranya adalah untuk ikut membangun suasana dan greget.
Biasanya, seorang dalang memiliki cempala Pribadi yang selalu dibawa kemanapun ia mengadakan pergelaran. Ukuran pegangan tangan dan berat cempala miliknya akan terasa lebih pas digunakan daripada cempala lain yang bukan miliknya.
Selain Cempala yang berukuran panjang sekitar 17 cm, sebagian juga menggunakan cempala yang lebih kecil,panjangnya hanya sekitar 11 cm. Cempala yang kecil itu bukan dipegang tangan, tetapi dijepit dengan jari kaki, antara jempol dan jari di sebelahnya.
Selain Cempala, menurut pedalangan di Yogyakarta, ada alat lain sebagai pemukul kotak yaitu platukan. Bentuk platukan menyerupai gunungan kecil terbuat dari kayu. Fungsinya sebagai penjeda dialog antar tokoh wayag, atau jeda antara ucapan. Ucapan dalang yang disebut sebagai kanda.
Di Bali, cempala umumnya disebut cepala. Tetapi di beberapa daerah di Bali juga menyebutnya pangletakan Kropak. Kropak adalah sebutan bagi kotak wayang. Di Bali, satu kropak dilengkapi dengan dua buah cempala. Yang satu dipegang di tangan kiri Sang Dalang, yang satu dijepit antara jempol kaki dan jari kaki kanannya. Ukuran cempala di Bali sedikit lebih kecil dibandingkan cempala Jawa.