Jl. Letjen S Parman 35 Yogyakarta -  Telp : 0274- 373427 -  WhatsApp : 082137955032;081333911533 - Pin BBM : 5A21C2F7 -Email : hadisukirno@gmail.com

Artikel Terbaru
Artikel Populer
Kategori Artikel
Wayang Kulit Solo
Wayang Kulit Jogja
Wayang Golek
Wayang Klithik
Souvenir Kulit
Souvenir Kayu
Souvenir Keramik
Souvenir Logam
Souvenir Kain
Handicraft
Souvenir Custom
Souvenir Fiber
Accesories
Souvenir Gelas
Souvenir Anyaman
Gamelan
Alat Musik Tradisional
Pakaian Adat - Tari
Koleksi Hadisukirno
 
 

Garuda Jogja

Garuda atau Garula dalam bahasa Pāli, adalah salah satu makhluk gaib dalam kepercayaan Hindu, Buddha, dan Jaina.Menurut agama Hindu, ia merupakan wahana Dewa Wisnu (salah satu Trimurti atau tiga dewa utama); menurut agama Buddha, ia merupakan Dhammapala atau Astasena; dalam Jainisme, ia merupakan salah satu Yaksa (dewa pelindung) Tirthankara ShantinathaGaruda digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip elang, tetapi tubuhnya seperti manusia. Ukurannya besar sehingga dapat menghalangi matahari.Kisah Garuda terdapat dalam kitab Mahabharata dan Purana yang berasal dari India. Bangsa Jepang juga mengenal makhluk mirip Garuda, yang mereka sebut Karura. Di Thailand disebut sebagai Krut atau Pha Krut.

Menurut kepercayaan Hindu, Garuda adalah seekor burung mitologis, berwujud setengah manusia setengah burung, mengabdi sebagai wahana Wisnu. Ia adalah raja burung-burung dan merupakan keturunan Resi Kasyapa dan Winata, salah seorang putri dari Daksa. Ia musuh bebuyutan para ular, sebuah sifat yang diwarisinya dari ibunya, yang pernah bertengkar dengan istri lain dari suaminya, yaitu Kadru, ibu para ular.

Sinar Garuda sangat terang sehingga para dewa mengiranya Agni (Dewa Api) dan memujanya. Garuda sering kali dilukiskan memiliki kepala, sayap, ekor dan moncong burung elang, dan tubuh, tangan dan kaki seorang manusia. Mukanya putih, sayapnya merah, dan tubuhnya berwarna keemasan.

Ia memiliki putra bernama Sempati (Sampāti) dan istrinya adalah Unati atau Winayaka. Menurut kitab Mahabharata, orang tuanya memberinya kebebasan untuk memangsa manusia, tetapi tidak boleh kaum brahmana. Suatu ketika, ia menelan seorang brahmana dan istrinya. Lalu tenggorokannya terbakar, kemudian ia muntahkan lagi.

Garuda dikatakan pernah mencuri amerta dari para dewa untuk membebaskan ibunya dari cengkeraman Kadru. Kemudian Indra mengetahuinya dan bertempur hebat dengannya. Amerta dapat direbut kembali, tetapi Indra luka parah dan kilatnya (bajra) menjadi rusak.

Deretan patung Garuda yang sedang mencengkeram Naga, di Wat Phra Kaew, sebuah wihara di Thailand.

Garuda, yang juga disebut Garula dalam bahasa Pali (bahasa pengantar naskah Buddhis), adalah golongan burung dengan sayap cemerlang dalam kepercayaan Buddhis. Menurut konsep agama Buddha tentang tumimbal lahir (saṃsāra), mereka adalah salah satu dari Astasena atau Astagatyaḥ, yaitu delapan kelompok makhluk gaib. Dalam seni rupa Buddha, mereka dirupakan dalam posisi duduk dan mendengarkan khotbah Sang BuddhaMusuh mereka adalah para Nāga (ular) dan kadangkala digambarkan sedang mencengkeram ular dengan cakarnya. Sebagaimana dalam kesenian Hindu, ikonografi yang berbentuk zoomorfis (wujud burung raksasa) maupun separuh antropomorfis (setengah burung, setengah manusia) merupakan hal yang lazim dalam tradisi Buddhis

Menurut agama Buddha, Garuda merupakan burung predator raksasa dengan ukuran bentang sayap mencapai 330 yojana. Mereka diceritakan sebagai makhluk dengan kecerdasan dan perkumpulan sosial. Kadangkala mereka juga disebut suparṇa (bahasa Pāli: supaṇṇa), sebuah kata Sanskerta yang berarti "bersayap bagus". Sebagaimana kaum Nāga, mereka mengkombinasikan karakteristik hewan dan

makhluk supernatural, dan dapat dianggap sebagai golongan dewa terendah.Bangsa Garuda memiliki raja beserta kota untuk mereka, dan setidaknya memiliki kekuatan gaib untuk berubah bentuk menjadi manusia jika mereka ingin berurusan dengan manusia.

Menurut cerita Jataka, mereka merupakan penghuni Nagadipa atau Seruma.Bangsa Garuda merupakan musuh para Nāga, golongan makhluk berwujud ular raksasa yang diburu para Garuda. Pada suatu cerita, para Garuda menangkap para nāga dengan menerkam kepala mereka. Lambat laun, para nāga akhirnya mendapat akal bahwa dengan menelan batu besar, maka makin beratlah mereka untuk ditangkap oleh Garuda, sehingga melelahkan para Garuda dan membuat mereka mati kecapaian. Siasat tersebut akhirnya dibongkar oleh petapa Karambiya kepada salah satu Garuda, yang kemudian disuruh untuk menggigit bagian ekor nāga agar batu dimuntahkan .Bangsa Garuda adalah salah satu makhluk yang diperintahkan oleh Sakra untuk menjaga Gunung Sumeru dan surga Trāyastriṃśa (Pali: Tāvatiṃsa) dari serangan para Asura.

Dalam Maha-samaya Sutta (Digha Nikaya 20), Sang Buddha membuat perdamaian sementara antara para Naga dan Garuda.

Lihat koleksi Wayang Klithik Hadisukirno 


Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia


Dibaca : 447 Kali
Tanggal Posting :
Pengirim :