Bambang permadi adalah nama kecil dari Arjuna. Ia adalah putra ketiga Prabu Pandudewanata raja Astina, yang dikehendaki oleh para dewa lahir tanpa cacat dan Sempurna. Pada saat Pandu melaksanakan darmaning lelaki ia berkeinginan meniiliki putra putri yang cantik, tetapi Dewi Kunti menginginkan putra yang tampan, sehingga putranya lahir sebagai Satria yang sangat tampan. Oleh karena itu saudara tua Dewi Kunti yang raja Mandura bermaksud untuk menjodohkan dengan putrinya dikemudian hari, karena melihat ketampanan kemenakannya itu. Bambang Permadi berpenampilan luruh, dengan posisi muka tumungkul, bermata liyepan, berhidung walimiring, bermulut salitan. Ia mengenakan sumping prabangayun, dengan anting-anting alusan. Tubuhnya sarira alusan dengan Kalung tanggalan dengan kaki pocong sembulihan bermotif semen Jrengut seling gurda. Atribut yang lain adalah memakai kelatbahu naga Pangangrang, gelang calumpringan, dan memakai keroncong. Umumnya ditampilkan dengan muka dan badan gembleng. Wanda: Panuksma, Miling, dan Padhasih. Bambang Permadi merupakan cucu kesayangan begawan Abiyasa, oleh karena itu ia selalu diberi ajaran tentang kautaman dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah darmaning satria. Ia selalu menolong kepada sesama tanpa pamrih. Ketika terjadi perang di Mandura karena ulah Kangsa, ia membantu calon Istrinya untuk melihat keramaian dengan mengangkatnya di atas kepala (dipunji) sehingga membuat wanita itu kegirangan. Bambang Permadi pernah membantu Suyudana untuk mempersunting Dewi Banowati, karena sesungguhnya Putri Mandaraka ini Sangat gandrung kepada Arjuna muda ini, sehingga dengan bujuk rayu Bambang Permadi dewi Banowati mau dilamar raja Astina dengan syarat yang me-make up Bambang Permadi, di samping itu dijanjikan bahwa Banowati besok akan menjadi istri Permadi, hal ini terjadi setelah perang Baratayuda, Dewi Banowati menjadi istri Arjuna. Jika dicermati secara mendalam kejadian ini merupakan kejadian politik, yang menyusupkan Dewi Banowati sebagai agen para pandawa, sehingga semua rahasia Astina dapat diketahuinya. Hal ini pun masih berlaku hingga
sekarang, banyak antropolog wanita yang dengan suka cita diperistri para kepala suku demi memperoleh data yang diinginkan.