Prahasta merupakan putra Prabu Sumali di negara Selagaringging, ia memiliki saudara yang bernama dewi Sukesi yang kemudian menjadi ibu dari dasamuka. Setelah Dasamuka menjadi raja di Alengka Prahasta diangkat sebagai patih. Prahasta berpenampilan galak, bermata dua dengan bentuk plenglengan, berhitung pelokan, bermulut ngablak dengan kumis, jenggot dan jambang yang lebat. Ia bermahkota pogag, dengan hiasan turida jamang susun, sumping mangkara dengan gelapan utah-utah walik berukuran besar. Rambut gimbal ngore, memakai praba sebagai simbol kebangsawanannya. Badan denawa dengan ulur-ulur naga mamangsa, tali praba bermotif bludiran. Posisi kaki jangkahan denawa raton, dengan hiasan dua pasang uncal kencana dan sepasang uncal wastra, dodot bermotif parang barong dengan clana cinde puspita. Atribut yang lain memakai kelatbahu denawa raja, gelang calumpringan dan memakai keroncong. Umumnya Prahasta bermuka jambon dengan tubuh gembleng. Prahasta memiliki kesaktian yang luar biasa, ketika Alengka berperang melawan Pancawati, ia dijadikan senapati, melawan Anila. Peperangan yang dilakukan oleh Anila ini dengan siasat menghindar dan mundur, sehingga peperangan itu sampai ditepi hutan. Ketika itu akhirnya Anila dapat ditangkap oleh Prahasta dan aka dinasakan dengan pusaka sakti dari alengka. Dalam keadaan yang tidak berdaya didekat itu ada tugu, dengan spontan tugu itu dipegang oleh Anila dan dipukulkan ke kepala Prahasta gugurlah patih Prahasta. Tugu itu berubah wujud menjadi dewi Indrati istri resi Gutama ayah Narpati Sugriwa.