Wayang kulit merupakan salah satu warisan budaya dan karya seni Indonesia yang cukup terkenal. Di pulau Jawa khususnya, setiap daerah pasti mengenal dan memiliki ciri khas tersendiri dalam bentuk fisik wayang kulit, salah satunya adalah Wayang Kulit Yogyakarta.
Dalam mengenal wayang kulit Yogyakarta, ada beberapa hal yang bisa dicermati secara tampilan fisiknya, diantaranya sebagai berikut :
Pertama, posisi kaki wayang kulit Yogyakarta dibuat melangkah lebar terutama pada tokoh jangkahan (gagahan). Pada kaki kiri atau kaki belakang digambarkan posisi telapak kakinya miring atau jinjit. Sedangkan untuk tokoh putren ( wayang wanita ) ditandai dengan adanya wiron nyamping yang tetap berada di posisi muka.
Kedua, pada tampilan bentuk tambun ( penggambaran tubuh yang pendek dan kekar, bagian kepalanya tamapak agak besar, posisi tubuh menghadap ke muka dengan posisi kaki terbuka. Pada kaki digambarkan tampak lebih pendek dari seharusnya. Proporsi bagian kepala, tubuh, kaki dan tangan yang demikian itu memberikan kesan cebol.
Ketiga, tokoh-tokoh dalam wayang kulit Yogyakarta pada umumnya mempunyai tangan yang sangat panjang hingga menyentuh kaki. Hal ini berkaitan dengan fungsi wayang kulit itu dalam pergelaran wayang, contohnya dalam kegiatan menyembah .
Keempat, dari segi tatahannya, jika diperhatikan bahwa hamper semua tataham tokoh wayang menggunakan unsur tatahan yang dinamakan inten-intenan, terutama pada pecahan uncal kencana, sumping, turido dan bagian busana lainnya. Namun tatahan ini tidak menjadi unsur pokok, karena ada beberapa jenis wayang pedalangan yang hanya memerlukan kapangan atau cakrik yang baik saja, dengan tatahan yang agal sehingga lebih tahan lama.
Kelima, dari segi sunggingan atau pewarnaan wayang, tokoh wayang kulit gaya Yogyakarta menggunakan sungging lacapan yang pada masa lampau disebut dengan sungging sorotan, yaitu unsur sungging yang berbentuk segitiga terbalik yang lancip-lancip seperti bentuk tumpal pada motif kain batik. Sungging tlancapan ini difungsikan untuk memberi dekorasi pada bagian sembuliyan yang berukuran besar, seperti pada konca, sedangkan sembuliyan yang berukurn kecil. Disungging dengan menggunakan unsur sungging sawutan, yaitu berbentuk lancip-lancip seperti tlancapan dengan ukuran kecil-kecil.
Keenam, pada bagian siten-siten atau lemahan, yaitu bagian diantara kaki depan dan kaki belakang, umumnya diwarnai dengan merah.