Jl. Letjen S Parman 35 Yogyakarta -  Telp : 0274- 373427 -  WhatsApp : 082137955032;081333911533 - Pin BBM : 5A21C2F7 -Email : hadisukirno@gmail.com

Artikel Terbaru
Artikel Populer
Kategori Artikel
Wayang Kulit Solo
Wayang Kulit Jogja
Wayang Golek
Wayang Klithik
Souvenir Kulit
Souvenir Kayu
Souvenir Keramik
Souvenir Logam
Souvenir Kain
Handicraft
Souvenir Custom
Souvenir Fiber
Accesories
Souvenir Gelas
Souvenir Anyaman
Gamelan
Alat Musik Tradisional
Pakaian Adat - Tari
Koleksi Hadisukirno
 
 

Kalamarica Jogja

Dalam wiracarita Ramayana, Marica adalah seorang rakshasa, putera Tataka dan Sunda. Ia tinggal di hutan Dandaka dan menjadi patih Rahwana. Kakek Marica adalah seorang yaksa bernama Suketu, ia tidak memiliki anak dan memohon anugerah dari Dewa Brahma. Brahma memberi anugerah bahwa Suketu akan memiliki seorang puteri saja, tetapi cantik nan kuat. Puteri tersebut diberi nama Tataka, dan menikahi Sunda. Dari pasangan tersebut, lahirlah Marica. Karena Sunda tewas akibat kutukan Resi Agastya, Tataka dan Marica marah lalu melukai Sang Resi. Kemudian Sang Resi mengutuk mereka berdua agar menjadi buruk rupa dan hidup dengan memakan daging manusia.

Tataka dan Marica hidup di hutan Dandaka dan meneror para resi, sampai datanglah Rama dan Laksmana dari Ayodhya atas permohonan Resi Wiswamitra. Rama membunuh Tataka dengan panah saktinya, sementara Marica hidup dan melarikan diri. Saat Wiswamitra melakukan upacara, Marica kembali mengganggu bersama Subahu dan raksasa lainnya. Mereka terbang di atas tempat upacara sambil membawa daging mentah dan darah untuk mengotori sesajen. Melihat hal itu, Rama dan Laksmana tidak tinggal diam. Rama tidak ingin Marica mati, maka ia menyuruh Laksmana agar meringkus Marica tanpa membunuhnya. Senjata yang dilepaskan Laksmana melilit tubuh Marica dan mengirimnya ke laut, sementara Subahu tidak diberi ampun. Rama melepaskan senjata Agni. Senjata tersebut membakar jasad Subahu sampai menjadi abu.

Marica menyamar menjadi rusa untuk menarik perhatian Rama, Laksmana dan Sita. Lukisan dari Himachal Pradesh, dibuat sekitar abad ke-18.

Saat Rahwana berniat untuk menculik Sita, Marica dikunjungi untuk dimintai bantuan. Marica yang mengetahui kekuatan Rama, menolak untuk menyetujui rencana tersebut. Ia menasihati Rahwana untuk membatalkan niat jahat itu. Ia berkata bahwa rencana tersebut akan mengantarkan kehancuran bagi Alengka dan kaum raksasa. Mulanya Rahwana sadar setelah mendapat nasihat Marica, tetapi setelah ia kembali ke Alengka, Surpanaka datang dan menghasut Rahwana dengan cara memutarbalikkan fakta. Niat Rahwana timbul kembali untuk yang kedua kalinya dan ia bersikeras untuk menculik Sita. Rahwana datang kembali ke kediaman Marica untuk yang kedua kalinya. Kali ini Marica sadar bahwa jika niat Rahwana tidak dijalankan maka nyawanya akan melayang, tetapi jika ia menjalankan rencana Rahwana sudah pasti nyawanya akan berakhir di tangan Rama. Setelah berpikir matang-matang, Marica menyetujui niat licik Rahwana. Ia merasa beruntung apabila gugur di tangan ksatria besar seperti Rama daripada di tangan raksasa Rahwana.

Dengan menyamar menjadi kijang kencana, Marica mengalihkan perhatian Rama untuk memburunya sementara Sita ditinggal bersama Laksmana. Ketika Rama tahu bahwa Marica sedang mengelabuinya, ia melepaskan anak panahnya dan mengubah Marica ke wujud semula. Saat sedang sekarat, Marica menirukan suara Rama dan mengerang dengan keras sampai ke telinga Sita dan Laksmana. Yakin abhwa itu suara Rama, Sita menyuruh Laksmana agar pergi menyusul Rama. Sementara Laksama menyusul Rama, Rahwana menyamar menjadi brahmana untuk mengelabui Sita kemudian menculiknya.

Damarwulan adalah tokoh utama dalam Wayang Klithik atau Krucil. Ia kawin dengan Ratu Kenya, penguasa Majapahit, setelah berhasil mengalahkan Adipati Menakjingga dari Blambangan. Setelah perkawinan itu Damarwulan  kemudian menjadi raja negeri itu.

Dalam usahanya mengabdi pada Kerajaan Majapahit. Damarwulan, yang dalam pewayangan digambarkan sebagai ksatria tampan, mula-mula diterima bekerja di kepatihan. Ia dipekerjakan sebagai pencari rumput dan pemilihara kuda Patih Logander. Pada saat itulah Damarwulan yang tampan itu membangun cinta dengan Dewi Anjasmara, putri bungsu Patih Logander.

Hubungan cinta Dewi Anjasmara dengan Damarwulan tidak disukai oleh anak Patih Logander lainnya, yakni Layang Seta dan Layang Kumitir. Mereka berdua lalu bersikap kasar dan sewenang-wenang dengan maksud agar Damarwulan tidak betah tinggal di Kepatihan. Namun, dengan segala keprihatinan Damarwulan tetap bertahan menerima perlakuan tidak adil dari kedua abang Dewi Anjasmara itu.

Suatu ketika Ratu Kenya, alias Ratu Kencangawungu mengumumkan sayembara: “ Siapapun yang berhasil membunuh Adipati Menakjingga dari Blambangan, akan diangkat sebagai suami dan menduduki singgasana kerajaan Majapahit.

Setelah mendengar pengumuman itu Damarwulan segera berangkat ke Kadipaten Blambangan disertai dua orang Panakawan, yaitu Sabdapalon dan Nayagenggong. Ia berhasil membunuh Adipati Menakjingga dengan bantuan dua orang istri Menakjingga sendiri, yakni Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, yang jatuh cinta padanya.


Pada awalnya, Damarwulan dikalahkan Menakjingga. Damarwulan terkena pukulan Gada Wesi Kuning sehingga pingsan. Dewi Wahita dan Dewi Puyengan yang terpesona melihat ketampanan Damarwulan, secara diam-diam menolong dan membantunya. Mereka berdua lalu mencuri pusaka Gada Wesi Kuning, dan menyerahkannya pada Damarwulan. Dengan senjata pusaka milik Menakjingga itulah Damarwulan akhirnya berhasil membunuh Adipati Blambangan itu.

Kedua janda musuhnya itu kemudian juga dibawa Damarwulan ketika ia kembali ke Majapahit. Selain itu Damarwulan juga membawa Gada Wesi Kuning, senjata pusaka Menakjingga. Dalam perjalanan kembali ke Majapahit, Damarwulan dicegat oleh Layang Seta dan Layang Kumitir. Kedua anak Patih Logender itu dibantu oleh Demang Sarayuda dan Demang Pandelengen.

Dalam pencegatan mendadak itu, Damarwulan terbunuh. Gada Wesi Kuning dan mahkota Blambangan yang menjadi bukti kematian Menakjingga dirampas. Bahkan kemudian kedua nak Patih Logender itu mengaku bahwa merekalah yang mengalahkan dan membunuh Adipati Menakjingga, kepada Ratu Ayu Kencanawungu. 

Namun, beberapa saat kemudian Damarwulan muncul. Ternyata ia telah dihidupkan kembali oleh seorang pertapa sakti bernama Tunggulmanik. Segera Damarwulan pergi ke Keraton Majapahit. Kepada Ratu Ayu Kencanawungu, Damarwulan melaporkan kejadian yang sebenarnya, dan ceritanya dibenarkan oleh Dewi Wahita serta Puyengan selaku saksi.

Untuk memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah, Ratu Ayu Kencanawungu lalu memerintahkan Damarwulan berperang tanding melawan Layang Setadan Layang Kumitir. Dalam perang tanding itu ternyata Damarwulan menang. Karenanya, ia pun dinobatkan menjadi raja Majapahit, sekaligus sebagai suami Ratu Ayu Kencanawungu. Dewi Anjasmara, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan diangkat sebagai garwa ampil atau selir.


Lihat koleksi Wayang Klithik Hadisukirno 


Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia


Dibaca : 698 Kali
Tanggal Posting :
Pengirim :